MERINDUKAN PELATARAN
TUHAN
Jiwaku
hancur karena merindukan pelataran-pelataran Tuhan; hatiku dan dagingku
bersorak – sorai kepada Allah yang hidup (Mazmur 84:3)
“Keluarga
Jemaat Sukun Menjadi Berkat Bagi Sesama Ciptaan” menjadi tema dalam
perayaan Ulang Tahun ke 10 tahun ini. Hal in selaras dengan panggilan GREJA KRISTEN JAWI WETAN (GKJW) yang dihayati oleh jemaatnya di seluruh Jawa
Timur. Saya menghayati tema ini sebagai
peringatan untuk kita semua bahwa gereja diutus Tuhan di dunia ini bukan untuk
dirinya sendiri, melainkan untuk sesama ciptaan. Salah satu alat ukur
perkembangan gereja adalah fungsinya bagi sesama ciptaan. Organisasi gereja
biasa mengukur perkembangannya melalui fasilitas, jumlah warga, anggaran,
program, system organisasi, dan tata dasar serta teologinya. Namun tema di atas
menjelaskan bahwa ukuran perkembangan yang ditekankan adalah daya warga gereja dalam memberi arti
kehidupan sejati bagi sesamanya.
Ketika saya
datang ke Sukun, Jemaat Sukun sudah berumur 2 tahun. Lebih dari itu proses lahirnya
jemaat Sukun sudah dimulai sejak persekutuan ini masih disebut rayon selatan
jemaat Malang, atau bahkan lama sebelum itu sejak ada orang-orang Kristen
bermukim di wilayah Sukun. Ini artinya saya tidak terlibat dalam kehadiran awal
jemaat Sukun di GKJW ini. Gereja sudah ada baru kemudian saya ada di dalamnya.
Saya adalah generasi penerus, bukan pencipta gereja dan bukan penentu tujuan
keberadaan gereja. Menjadi generasi penerus merupakan suatu anugerah. Tugas saya adalah ambil bagian meneruskan
kerja para pendahulu untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan oleh Sang
Pencipta Gereja.
Semula Jemaat
Sukun adalah sebagian dari Jemaat Malang. Di masa kanak-kanak saya, jemaat
GKJW di kota Malang hanya satu yaitu
Jemaat Malang (di Talun). Pada tahun 2005 Jemaat Malang telah berkembang
menjadi belasan jemaat, yang salah satunya adalah Jemaat Sukun. Di kalangan GKJW,
Jemaat Sukun merupakan jemaat ke 147. Dengan melihat perkembangan jemaat GKJW
di kota Malang, kita bisa melihat salah satu tanda kerja Roh Kudus melalui
gerejaNya di wilayah Malang – di tengah masyarakat Jawa Timur yang penduduknya
lebih dari 35 juta orang. Gereja yang
sejati adalah gereja yang hidup dan berkembang, demikian juga jemaat-jemaatnya.
Begitulah panggilan Jemaat Sukun mulai di Kelurahan Sukun, Kecamatan Sukun,
Kota Malang dan seterusnya.
Di antara
Jemaat lain. Sebagaimana Greja Kristen Jawi Wetan merupakan salah satu bagian dari
Gereja yang Esa di dunia ini, demikianlah Jemaat GKJW di Sukun merupakan salah
satu dari jemaat Tuhan di wilayah Malang Raya (Kabupaten maupun Kotamadya).
Sebagai Saksi Kristus, Jemaat Sukun patut bekerjasama dengan jemaat-jemaat lain
yang mempunyai panggilan yang sama (bandingkan Yohanes 17:21). Disamping
jemaat-jemaat, ada juga berbagai persekutuan Kristen di wilayah Malang ini
dengan berbagai kekhasannya. Hidup bersama bermacam saudara dengan
masing-masing tradisi dan sifatnya, Jemaat
Sukun patut mampu mandiri dengan tradisi dan sifatnya sendiri sesuai
keyakinannya sekaligus bijaksana dan aktif bergaul dengan para saudara
tersebut.
Di antara
masyarakat sekitar. Lebih luas dari hidup bersama saudara seiman, jemaat Sukun
juga dipanggil untuk hidup bersama sesama ciptaan di sekitarnya. Seperti tema
di atas, hakikat jemaat Tuhan adalah diutus ke dalam dunia menjadi saksi
Kristus bagi sesama ciptaan. Dalam programnya Jemaat Sukun sudah menampakkan
diri sebagai saksi Kristus yang diutus ke dunia di sekitarnya. Melalui
pengalaman saya yang sebentar bersama jemaat ini, terasa bahwa Jemaat Sukun
cukup mengenal dan mencintai lingkungannya. Masyarakat sekitar adalah kelompok
orang yang dinamis, terus berkembang seiring dengan bertambahnya waktu. Dalam
hal ini nasihat yang relevan untuk diterapkan adalah hidup cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.
Jiwa yang
hancur.
Pengalaman yang sulit dilupakan di Sukun ialah kehidupan cinta bergereja di
jemaat ini. Seperti Pemazmur merindukan palataran Tuhan, begitulah jemaat Sukun
mencintai gerejanya. Mungkin di semua jemaat terjadi demikian, tetapi inilah
yang ingin saya saksikan di sini. Seandainya kita biasa-biasa saja bergereja,
maka yang akan terjadi juga kehidupan gereja yang biasa-biasa saja. Pendapat
pribadi saya mengatakan, ada rasa cinta bergereja yang besar di Jemaat Sukun
yang dalam bahasa Mazmur diistilahkan dengan kata-kata Jiwa Yang Hancur. Perjumpaan antara Hati Yang Hancur umat
dengan Kasih Allah Yang Tulus dan Suci melahirkan peristiwa-peristiwa yang
menakjubkan.
Allah Yang Hidup. Alkitab Perjanjian Lama
dan Baru mengisahkan bagaimana Allah bekerja di masa lalu. Itu adalah Allah
yang tertulis, Allah yang dikisahkan dan diyakini oleh para pendahulu kita di
dalam iman. Allah yang saya yakini adalah Allah yang Hidup dahulu, sekarang dan
kekal selamanya. Allah itu hidup dan Dialah
yang membuat semua kehidupan di alam semesta ini. Allah itu hidup dan Dialah yang membuat Jemaat Sukun menjadi hidup
sekarang dan seterusnya.
Malang, 26 Februari 2015
Drijandi L. Sigilipoe
Terima kasih Bp. Pdt. Drijandi L. Sigilipoe S.Th, sungguh menjadi berkat dan kami tunggu post. selanjutnya.
BalasHapusShaloom..
Rahmad Adi